PERBEDAAN KEMATANGAN EMOSI REMAJA DITINJAU DARI STRUKTUR KELUARGA

Authors

  • Farokhatin Nashukah Program Studi Psikologi Universitas Negeri Surabaya
  • Ira Darmawanti Program Studi Psikologi Universitas Negeri Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.26740/jptt.v3n2.p93-102

Keywords:

Kematangan emosi, stuktur keluarga, remaja

Abstract

A family has a great influence on children's emotional patterns because the family is the first social group for children to learn and express themselves as human beings in a social interaction with their groups. The background of this study is the problem of adolescent emotional maturity attainment. Subjects in this study were devided into two groups which overall are 121 adolescents aged between 16 and 20 years old. This study uses simple random sampling technique with predetermined characteristics and scale of emotional maturity as an instrument. Test the assumptions used in this study are normality test using one sample Kolmogorov-Smirnov test technique and homogeneity test using homogenity of variance test technique. The normality test shows the value of adolescents of complete families is 0,789 and the value of adolescents of single parent families is 0,982. Significance value >0.05, then the variable of emotional maturity is declared normally. Homogenity test shows the value is 0,499. Significance value >0,05, then the variable of emotional maturity is declared homogeneous. Results of this study shown that adolescent emotional maturity of single parent families has a mean of 148,71 emotional maturity that is higher than a mean of the emotional maturity of a complete family of 143,77. Based on analysis data using t-test known that the significance value is 0,013 (p >0.05), the result shows that the study hypothesis is accepted. It is concluded that there is difference of emotional maturity among adolescents influenced by their different family structures.

Abstrak: Keluarga memiliki pengaruh besar terhadap pola emosi anak karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama untuk anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari struktur keluarga, yaitu keluarga lengkap dan keluarga dengan orang tua tunggal (single parent). Peneliti menggunakan teknik simple random sampling dengan karakteristik yang telah ditentukan. Subjek pada penelitian ini adalah dua kelompok yang secara keseluruhan berjumlah 121 sampel dengan rentang usia 16-20 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala kematangan emosi. Uji asumsi menggunakan uji normalitas menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov test dan uji homogenitas menggunakan teknik test of homogenity of variance. Diketahui bahwa uji normalitas remaja dari keluarga lengkap sebesar 0,789, dan pada remaja dari keluarga single parent sebesar 0,982. Nilai signifikansi >0,05, maka variabel kematangan emosi dinyatakan berdistribusi normal. Diketahui bahwa uji homogenitas dengan nilai sebesar 0,499. Nilai signifikansi >0,05, maka variabel kematangan emosi dinyatakan homogen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kematangan emosi remaja dari keluarga single parent memiliki rata-rata skor kematangan emosi 148,71 yang lebih tinggi daripada rata-rata skor kematangan emosi keluarga lengkap yang sebesar 143,77. Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan Uji-t, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,013 (p >0,05) yang menunjukkan hipotesis penelitian diterima sehingga peneliti menyimpulkan bahwa ada perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari struktur keluarga.

References

Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, B. (2009). Efektivitas Bimbingan dan Konseling Perkembangan untuk Meningkatkan Kematangan Emosi Remaja. Makalah Disampaikan dalam Kegiatan Jurnal Club di Ruang Sidang I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta tanggal 9 November 2011. Diakses dari http://staff.uny.ac.id, tanggal 10 Oktober 2012.

Berns, R. (2004). Child Family School Community. New York: Prentice Hall

Chaplin, J. P. (2006). Kamus lengkap psikologi. (Terjemahan). Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Dagun, S. M. (2002). Psikologi Keluarga: Peranan Ayah dalam Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta

Goleman, D. (1998). Emotional Intelligence (Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. D. (2004). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hamalik, O. (2004). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Herawati, N. (2005). Kematangan Emosi Ditinjau Dari Keutuhan Keluarga. Skripsi: Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses dari http://skripsi.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2005-nettyheraw-4859&q=netty%20herawati, pada 14 Desember 2012.

Hurlock, E. B. (1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Mahmoudi, A. (2012). Emotional Maturity and Adjustment Level of College Students. Education Research Journal, 2 (1), 18 -19. Diakses dari http://www.resjournals.com pada 05 Oktober 2012.

Manoharan, R. J. L., & Doss, I.C. (2007). Emotional Maturity of Post Graduate Student in Pondicherry Region. Experiments in Education, 35 (8), 161-163.

Monks, F.J., Konoers, A. M. P., & Haditono, S. R. (2004). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya (revisi ke-III). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Munandar, U. (2000). Peran Single Parent dalam Menghadapi Kenakalan Anak. Anima: Indonesian Psychological Journal, 15 (4), 390-394.

Pastey, G. S. & Aminbhavi, V. A. (2006). Impact of Emotional Maturity on Stress and Self Cofidence of Adolescents. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, 32 (1), 66-70. [online], (http:// www.academicjournals.org, diakses tanggal 13 Oktober 2012).

Retnowati, Y. (2007). Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal Dalam Membentuk Kemandirian Anak. Tesis: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/10628 pada 13 Januari 2013.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan masa remaja. Edisi Keenam.(Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Singh, D., Kaur, S. & Dureja, G. (2012). Emotional maturity differentials among university students. Journal of Physical Education and Sports Management, 3 (3), 41-45. [online], (http://www.acadjourn.org/jpesm, diakses 13 Oktober 2012).

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Surya, M. (2003). Bina keluarga. Semarang: Aneka Ilmu.

Yuliawati, L., Setiawan, J., & Mulya T., (2007). Perubahan Pada Remaja Tanpa Ayah. Arkhe: Jurnal Ilmiah Psikologi, 12 (1), 9-19.

Yuliawati, L., & Setiawan, J. L. (2007). Perbedaan kecerdasan emosional Remaja Ditinjau dari Keberadaan Ayah. Jurnal Psikologi, 20 (2), 1-14.

Yuniardi, M. S. & Djudiyah. (2011). Model Pengembangan Konsep diri Melalui Support Group Therapy: Upaya Meminimalkan Trauma Psikis Remaja dari Keluarga dari Keluarga Single Parent. Jurnal Psikologi Proyeksi,6 (1),16-26.

Downloads

Published

2013-02-19

How to Cite

Nashukah, F., & Darmawanti, I. (2013). PERBEDAAN KEMATANGAN EMOSI REMAJA DITINJAU DARI STRUKTUR KELUARGA. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 3(2), 93–102. https://doi.org/10.26740/jptt.v3n2.p93-102
Abstract views: 5366 , PDF Downloads: 12903