Biomonitoring Kualitas Perairan Pesisir Pantai Lembung, Pamekasan Menggunakan Bioindikator Fitoplankton

Penulis

  • Abrori Amin Universitas Negeri Surabaya
  • Tarzan Purnomo Universitas Negeri Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.26740/lenterabio.v10n1.p106-114

Kata Kunci:

kualitas air, fitoplankton, biomonitoring, pantai Lembung

Abstrak

Pesisir adalah transisi antara daratan dan lautan yang membentuk ekosistem yang beragam dan produktif. Perairan pesisir memiliki fungsi yang penting karena menjadi habitat beragam organisme, sekaligus rentan mengalami degradasi akibat masuknya polutan dari daratan. Kualitas perairan pesisir dapat diketahui dengan biomonitoring menggunakan fitoplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan pesisir pantai Lembung, Pamekasan Madura berdasarkan indeks-indeks biologis fitoplankton, fisik-kimia perairan, dan hubungan antar keduanya. Penelitian di lakukan di pantai Lembung, Pamekasan Madura pada bulan Oktober 2020. Pengambilan sample menggunakan metode transek pada 10 stasiun penelitian dengan 3 kali pengulangan pada setiap substasiun. Parameter penelitian yang diukur meliputi kelimpahan, keanekaragaman, dan dominansi fitoplankton serta faktor-faktor fisik-kimia air (suhu, kecerahan air, pH, salinitas, DO, CO2, dan BOD). Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif, kualitatif, dikomparasikan dengan standard baku mutu KEMEN LH 2004 No. 51, dan uji korelasi antara parameter biologis dengan lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan adanya 28 spesies fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 1.100 2.748 sel/l. Indeks keanekaragaman berkisar antara 1,244 1,980. Indeks dominansi berkisar antara 0,0035 0,0224. Kisaran Parameter fisik-kimia yaitu suhu 31,66 32,00 â°C, kecerahan 34,33 39,00 cm, salinitas 26 28 °, pH 6,9 7,5, DO 3,22 3,60 mg/l, CO2 3,32 9,33 mg/l, BOD 4,05 7,50 mg/l. Hubungan indeks keanekaragaman plankton dan parameter fisik-kimia air menggunakan analisis korelasi bivariate pearson yaitu semakin tinggi kecerahan dan kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) maka semakin tinggi indeks keanekaragaman fitoplankton. Sebaliknya, semakin tinggi suhu, salinitas, pH, kadar CO2, dan Biological Oxygen Demand (BOD). Berdasarkan bioindikator tersebut pantai Lembung termasuk dalam kategori tercemar sedang

Biografi Penulis

Tarzan Purnomo, Universitas Negeri Surabaya

Dr. Tarzan Purnomo, M.Si.

Referensi

Apridar, 2010. Ekonomi Kelautan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Aprilia, P. S. 2019. Hubungan Struktur Komunitas Fitoplankton dan Kualitas Air Di Perairan Tongas Kabupaten Probolinggo.
Surabaya: Skripsi Ilmu Kelautan UIN Sunan Ampel.

Atima WA, 2015. BOD dan COD sebagai parameter pencemaran air dan baku mutu air limbah. Jurnal Biology Science and Education 4(1): 83-93.

Azwandari A, 2018. Keanekaragaman Plankton Sebagai Indikator Kualitas Air di Wilayah Perairan Teluk Hurun Kabupaten Pesawaran. Lampung: Skripsi Pendidikan Biologi UIN Raden Intan Lampung.

Bengen DG, 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.

Edwards M, Helaouet P, Alhaija RA, Batten S, Beaugrand G, Chiba S, 2016. Global Marine Ecological Status Report: Results from the Global CPR Survey 2014/2015. SAHFOS Technical Report, 11, 132. Plymouth.

Effendi H, 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Fachrul MF, 2012. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hutabarat, 2014. Struktur Komunitas Plankton Pada Padang Lamun di Pantai Pulau Panjang, Jepara. Diponegoro Journal of Maquares Management of Aquatic Resources Vol. 3 No. 2.

Kordi MGH, dan Tancung AB, 2005. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Makassar: Rineka Cipta.
Lin Q, Lei, L, dan Han B, 2007. Cyanophyta in south subtropical reservoirs with different trophic levels. Chinese Journal of Ecology. Guangzhou: Institute of Hydrobiology Jinan University.

Lindstrom E, Gunn J, Fischer A, McCurd A, and Glover LK, 2012. A Framework for Ocean Observing. By the Task Team for an Integrated Framework for Sustained Ocean Observing. Paris: UNESCO.

MENLH, 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: 51/MENLH/2004 Tahun 2004. Tentang Penetapan Baku Mutu Air Laut Dalam Himpunan Peraturan di Bidang Lingkungan Hidup. Jakarta.

Mundt S, Kreitlow S, dan Jansen R, 2003. Fatty acids with antibacterial activity from the cyanobacterium Oscillatoria redeckei HUB 051. J. Appl. Phycol. 15: 263-267.

Nontji A, 2008. Plankton Laut. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI Press).

Odum EP ,1998. Dasar-dasar Ekologi: Terjemah dari Fundamentals of Ecology. Alih Bahasa Samingan, T. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Sukandar, Handayani M, Dewi CSU, Harsindhi C J, Maulana AW, Supriyadi dan Bahroni A, 2016. Profil Desa Pesisir Provinsi Jawa Timur (Kepulauan Madura). DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR: Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan. 3: 38-91.

Welch P S, 1952. Limnology, 2nd edition. New York: McGraw-Hill. 538p.

Wisnu C, 2014. Struktur komunitas fitoplankton dan hubungannya dengan parameter fisika kimia air di ranu Klakah. Jember: Skripsi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Jember.

Yazwar, 2008. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di Parapat Danau Toba. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Yudo, S, 2010. Kondisi kualitas air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta ditinjau dari parameter organik, amoniak, fosfat, deterjen dan bakteri coli. Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(1), 34-42.

##submission.downloads##

##submission.additionalFiles##

Diterbitkan

2021-07-25

Cara Mengutip

Amin, A., & Purnomo, T. (2021). Biomonitoring Kualitas Perairan Pesisir Pantai Lembung, Pamekasan Menggunakan Bioindikator Fitoplankton. LenteraBio : Berkala Ilmiah Biologi, 10(1), 106–114. https://doi.org/10.26740/lenterabio.v10n1.p106-114
Abstract views: 2201 , PDF Downloads: 2724 , PDF Downloads: 0