FILOSOFI HIDANGAN PADA PERAYAAN CHUNJIE DAN OSHOUGATSU
FILOSOFI HIDANGAN PADA PERAYAAN CHUNJIE DAN OSHOUGATSU
DOI:
https://doi.org/10.26740/paramasastra.v10n1.p1-15Abstrak
Setiap masyarakat pada suatu negara menyambut pergantian tahun dengan tradisi masing-masing. Termasuk masyarakat Tiongkok dan Jepang. Masyarakat Tiongkok menyebut tahun mereka dengan sebutan chunjie, masyarakat Jepang menyebut tahun baru mereka dengan sebutan oshougatsu. Pada tradisi penyambutan tahun baru, masyarakat pada kedua negara tersebut memiliki tradisi penyambutan dengan menghidangkan beberapa jenis makanan. Hidangan-hidangan tersebut dianggap memiliki filosofi tersendiri. Tiongkok dan Jepang sebagai negara yang bertetangga memiliki persamaan dan perbedaan pada jenis hidangan makanannya. Maka diketahui; (1) filosofi yang terkandung pada setiap hidangan perayaan chunjie dan oshougatsu, (2) persamaan dan perbedaan terhadap hidangan perayaan chunjie dan oshougatsu tersebut. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif kualitatif. Berdasarkan sumber data dari hasil wawancara dengan orang Tiongkok dan orang Jepang ditemukan data berupa kebiasaan menyantap hidangan spesial pada perayaan chunjie dan oshougatsu. Data tersebut digunakan untuk mengkomparasikan kedua budaya terhadap hidangan chunjie dan oshougatsu. Persamaan hidangan yang dinikmati oleh masyarakat Tiongkok dan Jepang saat merayakan tahun baru yaitu (1). Ikan. (2). Mie. Menurut masyarakat Tiongkok Ikan memiliki nilai filosofi keberkahan, sedangkan masyarakat Jepang menandakan sebagai kesuksesan. Dan Mie bagi masyarakat Tiongkok sebagai pelambangan keluarga harmonis sedangkan masyarakat Jepang menandakan umur panjang. Sedangkan perbedaan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat Tiongkok saat merayakan tahun baru adalah (1). Pangsit, (2). Kaki babi, (3). Bakso daging, (4). Ayam. Dan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat Jepang adalah (1). Olahan ikan, (2). Potongan telur ikan Herring, (3). Rumput laut gulung, (4). Udang, (5). Kacang hitam, (6). Telur gulung, (7). Sup. Perbedaan hidangan makanan yang dikonsumsi tersebut dipengaruhi oleh letak geografis kedua negara, pelaksanaan tahun baru, dan musim yang berlangsung saat perayaan tahun baru.