Abstrak
ABSTRAK
Pada era internet sekarang semua program yang berbasis video dapat diunggah dan diviralkan dalam program video streaming di internet. Karena ada program video streaming, politisi kini dapat dengan mudah muncul di depan umum (publik) melalui internet dan menjadi ˜public figure. Karena perilaku berbahasanya, mereka sering menjadi sorotan masyarakat.
Tulisan ini membahas kesantunan berbahasa para politisi dengan mengangkat tiga masalah, yaitu (1) bagaimana tingkat kesantunan berbahasa para politisi; (2) Bagaimana bentuk satuan verbal yang dipakai para politisi ketika berbahasa; dan (3) Apa saja faktor yang melatarbelakangi pelanggaran dan ketaatan kesantunan berbahasa para politisi?
Data diambil dari sepuluh tayangan debat antarpolitisi yang ada dalam program video streaming dalam acara #KupasTuntas. Pemilihan kesepuluh tayangan itu menggunakan teknik acak bertujuan (purposive random sampling) dan diperoleh enam orang politisi. Teori yang digunakan untuk menganalisis perilaku berbahasa mereka adalah gabungan Teori Kerja Sama (Grice, 1975) dengan maksim-maksimnya dan Teori Kesantunan (Leech, 1983) dengan maksim-maksimnya. Tingkat kesantunan berbahasa para politisi diukur berdasarkan pelanggaran dan ketaatan dalam menerapkan maksim-maksim tersebut kemudian diukur dan diberi predikat sangat santun, santun, kurang santun, dan tidak santun.
Hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa yang dipakai politisi dalam berdebat masih tergolong santun meskipun ada beberapa yang melanggar maksim kesantunan. Beberapa maksim yang sering dilanggar dalam berkomunikasi adalah maksim penerimaan, maksim kebijaksanaan, maksim cara, maksim kerendahhatian, maksim kecocokan, maksim kesimpatian, maksim relevansi, maksim kualitas, dan maksim kemurahhatian.
Bentuk satuan verbal yang sering muncul berupa pilihan kata yang sering bermuara pada kekuasaan, bentuk imperatif yang memiliki makna perintah pada lawan tutur untuk melakukan sesuatu, bentuk deklaratif yang berstruktur kompleks dan panjang sehingga sulit dipotong lawan bicara dengan implikasi makna untuk mendominasi komunikasi, bentuk fitur-fitur prosodik berupa tekanan pada kata-kata yang menyerang lawan tutur dan memuji diri atau partai sendiri.
Beberapa faktor yang tampak mendorong para politisi untuk melakukan pelanggaran terhadap maksim-maksim kesantunan berbahasa adalah berusaha memaksimalkan kerugian pada lawan tutur (pelanggaran terhadap maksim kebijaksanaan), berusaha meminimalkan penghargaan pada lawan tutur (pelanggaran terhadap maksim penerimaan dan maksim cara).
Kata Kunci: kesantunan, maksim, politisi