DEKONSTRUKSI MITOS WAYANG RAMAYANA DAN BARATA YUDA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL KITAB OMONG KOSONG KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA DAN PERANG KARYA PUTU WIJAYA

Penulis

  • Tjahjono Widijanto SMA Negeri 1 Ngrambe

DOI:

https://doi.org/10.26740/paramasastra.v10n1.p93-112

Abstrak

Abstrak: Sesuai dengan judulnya, Tujuan penelitian ini berupaya meneliti  dekontruksi mitos wayang  Ramayana dan Barata Yuda  dan nilai-nilai karakter yang terdapat dalam novel Kitab Omong Kosong dan novel Perang. Pembongkaran itu meliputi pembongkaran mitos satriya, mitos peperangan Ramayana dan Barata Yuda, desakralisasi wayang dan nilai-nilai karakter dalam novel. Pembahasan yang dilakukan menggunakan ciri  khas dekontruksi.yaitu: (a) terdapat konsep mayor filosofis pada sebuah teks. Asumsinya setiap teks mempunyai makna karena itu teks memiliki pesan utama yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca; (b) ada kekhasan dalam ungkapan filosofis yang dapat ditunjukkan dalam istilah, frase hingga susunan kalimat; (c) ada penyusunan oposisi binner sebagai realisasi konstruksi tematik yang tersusun sebagai tema mayor yang oposisi binner itu selanjutnya dipertanyakan; dan (d) ada upaya konstruksi baru sebagai hasil dari destrukturasi dari sebuah kontruksi yang sudah ada sebelumnya. Ciri khas ini bedasarkan tiga cara baca dekonstruksi. Pertama dekonstruksi menawarkan cara untuk mengidentifikasi kontradiksi dalam politik teks atau kecenderungan ideologis yang muncul dalam teks baik secara sadar maupun tak sadar. Kedua, teks sastra beserta konteks dan tradisinya diperlakukan sebagai sarana yang mampu membuka kemungkinan baru untuk mengandaikan dan membuka kemungkinan perubahan baru yang selama ini dianggap tidak mungkin. Ketiga, melalui titik pandang dekontruksi, dapat dicairkan ideologi yang sudah membeku dalam bahasa dan pikiran. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa dalam novel Kitab Omong KosongPerang dan Perang disuarakan pandangan kritis mengenai mitos satriya (Rama-laksamana dan Pandawa). Rama, Laksamana dan Pandawa dalam novel tidak lagi sesuai dengan mitos satriya wayang  yang sempurna (satriya pinandita) mewakili kebenaran, lurus dan sakti, namun  sembrono, jahat,dan konyol.   Satriya Rama-Laksamana dan satriya Pandawa tidak lagi mengemban tugas satriya yang harus memayu-mayu hayuning bawana (menjaga ketenteraman dunia) namun tampil sebagi penguasa yang ambisius dan fasis. Sedangkan peperangan yang dilakukan Rama dan perang barata yuda (Pandawa versus Kurawa) yang dalam wayang dimitoskan sebagai perang suci antara kebenaran dan kebaikan hanyalah peperangan yang muncul karena ambisi kekuasaan,  bahkan sekedar iseng dan main-main. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos-mitos dalam wayang  telah dibongkar dan didekontruksi oleh Seno Gumira dan Putu Wijaya untuk mengungkapkan dan  mengekspresikan pandangan-pandangan dan penghayatan terhadap persoalan kehidupan sosial budaya masa kini dengan memuat nilai-nilai karakter berupa: (a) keberanian,patriotisme dan cinta tanah air; (b) kemanusiaan/welas asih (empati, peduli, suka menolong), (c) setia inspiratif, adil, sabar, jujur, disiplin, kerjasama, dan toleran.

 

Kata kunci: dekontruksi, mitos, satriya, wayang, pendidikan karakter.

Referensi

Abdullah, T. (1994) Sastra dan Akar Tradisi. Horison, XXVIII (OI): 4.

Ajidarma, S. G. (2004). Kitab Omong Kosong.Jakarta: Gramedia.

Ajidarma, S. G. (1994). 11 Desember. Fakta dan Fiksi. Kompas.Hal. 17.

Ajidarma, S. G. (1995). 12 Februari. Keindonesiaan. Kompas, hal. 17.

Amir, Hasyim. (1994). Nilai-nilai Etis dalam Wayang. Jakarta: Sinar harapan.

Anderson, B.R.O’G.(1990). Kuasa Kata Jejak Budaya-budaya Politik di Indonesia. Yogyakarta: Mata Bangsa.

Anderson, B. R.O.G. (1982). Sembah-Sumpah, Politik Bahasa dan Kebudayaan Jawa. Prisma, XI (11): 69-96.

Anderson, B.R.O.G.(1990). Language and Power: Explorring Political Cultyral in Indonesia. Ithaca, New York: Cornell Universitry Pres.

Barker, C. (2013). Cultural Studies.Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Bertens, K. (1996). Filsafat Barat Abad XX Perancis. Jakarta: Gramedia.

Cipto Prawira, A. Tanpa Tahun. Filsafat Jawa. Yogyakarta: Javanologi.

Darma, B. (1995). Harmonium. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dwiyanto, Dj. (2010). Ensiklopedi Wayang. Yogyakarta: Media Abadi.

Derrida, J. (1982). Margin Philosophy. Brighton: Harvester Press.

Derrida, J. (2000). Hantu-hantu Marx.Yogyakarta: Bentang

Faruk, 1994. Sosiologi sastra dan Strukturalisme Genetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Figueras-Lucero, A.A. (1997). The Wayang Kulit the Narrative Framework of

Licona, Thomas. (1989). Educating for Character. USA: Bantam Books.

Pramudya Ananta Toer Perburuan, Journal of English Studies and Ccomparative Literature, Vol 2, No. 1, pp: 19-34. Online: http: //journal.upd. edu.ph/index.php/jescl/atricle/download/2479/2345

Fukuyama, Francis. (1992). The End of History and the Last Man London: Hamish hamilton.

Hardiman,B.F.(1994). “Ilmu-ilmu Sosial dalam Diskursus Modernisme dan Pascamodernisme”. Ulumul Qur’an Jakarta.

Haryatmoko. (2016). Membongkar Rezim Kepastian. Jakarta: Kanisius.

Mulyono, Sri. Ir. (1979). Simbolisme dan Mistisisme dalam Wayang.Jakarta: Gunung Agung.

Mustikas ari, D; Aldrin& Luluk N. (2012). Stories of Wayang Di Batas AnginBy Yanusa Nugroho: Indonesian Wayang in Modern Literature. International of Economics Development & Research Vol. 51.Pl 7

Nurgiyantoro, B & Anwar E. (2017). Re-actualisation of Puppet Characters in Modern Indonesia Fiction of The 21 Century. 3L: The Southeast Asian Journal of English Language Studies- Vol 23 (2): 141-153. Http: //doi. Org/10. 17576/3L-2017-2302-11

Padmooekotjo, P.S. (1992). Silsilah wayang Purwa Mawa Carita. Surabaya: Citrajaya Mukti.

Permanadeli, R. (2015). Dadi Wong wadon. Representasi Soaial Jawa di Era Modern. Yogyakarta: Pustaka Ifada

Probohardjono, S. (1957). Serat Pakem wayang Purwa. Semarang: Dahara Prize.

Rusdy, S. T. (2015) Semiotika dan Filsafaf Wayang. Jakarta: yayasan Kertagama.

Sastrowardoyo, S. (1989). Pengarang Modern Sebagai Manusia Perbatasan. Jakarta: Balai Pustaka.

Slamet, Y. (2006). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: LPP UNS.

Soetarsa, S. K. (1964). Pakem Ringgit Purwa Lampahan Lahiripun Rama-Thomas.Brubuh Alengka. Surabaya: Tri Murti.

Sujamto. (1990). Sabda Pandita Ratu. Surabaya: Rajawali.

Sumukti, T. (2006). Semar, Dunia Batin Orang Jawa. Yogyakarta: Galang Press

Sunardi. (1986). Ramayana. Semarang: Dahara Prize.

Sim, St. (2002). Derrida dan Akhir Sejarah. Yogyakarta: Jendela.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, B. (2005). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana.

Widijanto, Tj. (2011). Dari Zaman Kapujanggan Hingga Kapitalisme.Surabaya: Satu Kata.

Wurianto, Arif Budi. 2010. Pendidikan karakter dalam Menghadapi kancah global. http://wurisan.blogspot.com/2010/01/pendidikan-karakter-character-building.html

Zubaedi, (2013). Desain Pendidikan Karakter.Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan. Jakarta: Kencana Media Group

Zuchdi, Darmiyati dkk. 2010. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar. http://journal.uny.ac.id/index. php/cp/article/view/224/pdf_22

##submission.downloads##

Diterbitkan

2023-03-30

Cara Mengutip

Widijanto, T. (2023). DEKONSTRUKSI MITOS WAYANG RAMAYANA DAN BARATA YUDA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL KITAB OMONG KOSONG KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA DAN PERANG KARYA PUTU WIJAYA. Paramasastra : Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra Dan Pembelajarannya, 10(1), 93–112. https://doi.org/10.26740/paramasastra.v10n1.p93-112
Abstract views: 292 , PDF Downloads: 261