PIRANTI EMOTIF DAN TRANSPOSISI MAKNA DALAM WANGSALAN
DOI:
https://doi.org/10.26740/paramasastra.v10n1.p33-45Abstrak
Abstrak
Wangsalan adalah salah satu gaya bahasa dalam bahasa Jawa yang unik dan rumit. Keunikan tersebut dapat dilihat pada struktur dan cara pemroduksiannya. Struktur wangsalan terdiri atas sampiran dan isi. Sampiran wangsalan berwujud cangkriman. Isi wangsalan sendiri berupa pesan yang ingin disampaikan oleh penutur. Antara teka-teki dan isi wangsalan tidak mempunyai hubungan makna melainkan hanya hubungan bentuk. Hubungan bentuk tersebut terletak pada jawaban teka-teki dengan maksud wangsalan. Pemroduksian wangsalan rumit karena di dalamnya terdapat fenomena transposisi makna. Transposisi makna dalam wangsalan terjadi pada makna denotatif dengan makna asosiatif. Transposisi makna adalah upaya untuk menghubungkan perbedaan bentuk lingual dengan maksud penutur. Akibatnya keberpisahan dan ketaksinambungan bentuk dapat bertemu. Maka dari itu alat penghubung untuk mempertemukan perbedaan itu adalah piranti emotif. Piranti emotif tersebut sebagai penghubung antara teka-teki dengan maksud dan isi wangsalan. Piranti emotif tersebut ada tiga yaitu fonetik, leksikal dan sintaksis. Ketiga piranti tersebut dapat dijadikan prinsip untuk memproduksi wangsalan. Berdasarkan pembahasan tersebut sumbangan terhadap pembelajaran tentang materi wangsalan adalah bahwa wangsalan tidak hanya ditalikan oleh bunyi saja namun juga kata. Wangsalan bukan termasuk metafora karena antara batangan dengan isi wangsalan tidak mempunyai hubungan makna dengan ciri-ciri yang dimaksudkan. Hubungan tersebut sebatas pertalian bentuk dan makna layaknya pantun atau parikan.
Kata kunci: piranti emotif; transposisi makna; wangsalan
Referensi
Arnawa, Nengah. 2005. Kajian Ulang Bladbadan Bahasa Bali.Pustaka Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya. Volume V No. 9 Tahun 2005: 73-87
Arnawa, Nengah. 2007. Perangkat Emotif dan Transposisi Semantik dalam Bladbadan. Aksara Jurnal Bahasa dan Sastra Nomer 30 Thn XVIII: 77-89
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Dwidjasuganda, Ki. 1958. Ringkes Mentes. Jogjakarta: Jajasan Institut Indonesia
Khasanah, M., Suyanto dan Sudiyanto 2019. Nilai Pendidikan Karakter pada Wangsalan Sindhenan Karya Nyi Bei Mardusari. MUDRA Jurnal Seni Budaya Volume 34, Nomor 2: 172-176
Padmosoekotjo, S. 1953. Ngengrengan Kasusastran Djawa. Poerworedjo:__
Parera, Jos Daniel. 1984. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Penerbit Erlangga Jakarta
Pigeaud, Dr. Th. 1938. Javaans-Nederlands Handwordenboek. Batavia: J.B. Wolters-Groningen
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Gronigen Batavia: J.B Wolters Uitgevers Maatschappij
Rahyono, FX. 2012. Studi Makna. Jakarta: Penaku
Ridwan. 1982. Transposisi ke Nomina dari Ajektiva dan Verba. Jakarta: (skripsi tidak diterbitkan)
Sasrasumarta, R.Ng. 1958. Wangsalan. Djakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka
Sunarsih, E., Zulfahita. 2022. GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM PANTUN MELAYU REDAKSI BALAI PUSTAKA. Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 11, No. 1: 99-113
Ullman, Stephen. 2011. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wijoyanto, D. 2017. Hubungan Referensi-Inferensi dalam Wangsalan Sindhenan. BASINDO : Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1, No 2: 40-47
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian

