ASA YANG TERSISA: PEMBELAJARAN SASTRA, HALO APA KABAR? SELAYANG PANDANG MELIRIK “DUDUK MASALAH” (ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN)
DOI:
https://doi.org/10.26740/paramasastra.v9n1.p1-18Abstrak
Abstrak
Karya sastra merupakan hasil kontemplasi terdalam sastrawan tentang hidup dan kehidupan. Dengan ketajaman imajinasinya, potret kehidupan itu dielaborasi secara natural dalam roman, novel, puisi, dan lain sebagainya sehingga tersaji bagaikan gambaran nyata yang konkrit dan membius pembacanya. Belajar sastra secara baik dapat mencerdaskan pembaca. Segala hal ihwal pengalaman hidup dapat digali secara kritis dan kreatif. Dan hal itu merupakan misi utama pembelajaran sastra yang perlu dikembangkan guru sastra. Dengan keterbatasan kemampuan guru dan alokasi waktu perlu pemikiran bagi pengampu dan perancang kurikulum untuk menentukan visi dan misi arah pengajaran sastra secara terarah, terukur, dan benar. Dengan kurikulum 2013 yang disempurnakan, guru dan sekolah memiliki peluang yang cukup luas untuk berkreasi bagaimana meningkatkan etos pembelajaran sastra yang menarik, inovatif, dan kondusif. Salah satu model yang dapat dikembangkan adalah dengan pendekatan prioritas, pragmatis, proses seleksi materi yang disesuaikan dengan kondisi kepentingan pembelajar, dan tugas yang terukur, menyenangkan, serta terkontrol. Alternatif solusi yang dapat ditempuh agar pembelajaran sastra semakin baik dapat dimaksimalkan melalui; 1) Peran MGMP, 2) pemaksimalan penunjang lain, 3) akselerasi teknologi oleh guru sastra, 4) sekolah sebagai lahan sastra, 5) pembelajaran yang inovatif, 6) praktik bersastra ke teori bersastra, 7) tradisi rekreasional menggantikan tradisi pedantis, 8) memaksimalkan otonomi sekolah, 9) dan pertimbangan alokasi waktu.
Kata kunci: Pembelajaran sastra, kurikulum bahasa Indonesia, duduk masalah, antara harapan dan kenyataan.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian

