Konflik Kekerasan antar anggota kelompok beladiri dalam paradigma sosiologi olahraga (Kajian Kepemimpinan)

Authors

  • Harwanto harwanto Universitas PGRI Adi Buana (Unip

DOI:

https://doi.org/10.26740/jossae.v2n2.p61-64

Abstract

Kata Kunci: Konflik kekerasan, kelompok beladiri, paradigma sosiologi olahraga dan kepemimpinan

Aktualisasi konflik kekerasan dipandang sebagai fenomena sosial untuk mengekspresikan diri dalam perilaku agresif. Namun perilaku ini pada dasarnya merupakan proses pembelajaran sosial anggota tentang bagaimana melatih keterampilan, sifat-sifat, nilai, sikap, norma dan pengetahuan yang dikaitkan dengan peranan dalam olahraga. Mengingat begitu luasnya permasalahan yang dikaji dalam perspektif sosiologi olahraga, maka peneliti membatasi permasalahan yang difokuskan pada kajian kepemimpinan dalam organisasi beladiri yang masih rentan dengan terjadinya konflik antar kelompok anggotanya. Realita sumber data nantinya akan didiskripsikan dan dianalisis untuk membangun sebuah proposisi.

Penelitian ini merupakan bentuk studi kasus, yang difokuskan pada fenomena sosial tentang konflik kekerasan yang sering terjadi pada anggota kelompok organisasi khususnya beladiri Pencak silat. Kasus konflik kekerasan tersebut diteliti melalui pendekatan metode kualitatif, sehingga kajian permasalahan dan penerapan metode penelitiannya menjadi pilihan yang argumentatif.

Simpulan bahwa konflik kekerasan yang selama ini terjadi karena dipengaruhi oleh kepemimpinan yang masih mengedepankan pada pendekatan pola humanis dan prestise organisasi.

Hal ini didasarkan pada temuan tentang pemahaman nilai ajaran Pencak silat anggota yang belum maksimal dan transformasi nilai Pencak silat sebagai budaya ke cabang olahraga yang tidak tuntas.

Proposisi yang dibangun adalah bahwa solidaritas yang kuat akan membangun kelompok  ingroup-outgroup, Solidaritas yang kuat dibangun melalui rutinitas kegiatan, Solidaritas sosial yang dibangun bersifat fungsional dan disfungsional. Sifat fungsionalnya memerkuat solidaritas kelompok sedangkan disfungsionalnya menimbulkan sikap deglorifikasi anggota, Sikap deglorifikasi ini dimanfaatkan oleh sebagian anggota untuk kepentingan pribadi sehingga memperluas wilayah konflik dan terus berkepanjangan, Konflik kekerasan yang terus menerus juga diakibatkan oleh ketidakmaksimalan pemahaman nilai ajaran pencak silat dan ketidaktuntasan transformasi budaya ke cabang olahraga, Ketidaktuntasan transformasi budaya ke cabang olahraga menyebabkan organisasi beladiri Pencak silat lebih dekat dengan organisasi masyarakat, sedangkan Organisasi masyarakat banyak berhimpitan dengan politik, ekonomi dan sosial (secara Politik: organisasi masyarakat menjadi sumber kekuasaan, secara ekonomi: organisasi masyarakat menjadi sumber pendapatan, secara sosial: mereka membangun solidaritas sosial untuk memertahankan eksistensinya).

Downloads

Published

2018-04-12

How to Cite

harwanto, H. (2018). Konflik Kekerasan antar anggota kelompok beladiri dalam paradigma sosiologi olahraga (Kajian Kepemimpinan). JOSSAE (Journal of Sport Science and Education), 2(2), 61–64. https://doi.org/10.26740/jossae.v2n2.p61-64

Issue

Section

Articles
Abstract views: 5771 , PDF Downloads: 3716