Pelatihan Resiliensi Untuk Penguatan Kesehatan Mental Wanita Pekerja Migran Indonesia Di Singapura
Resiliensi, Kesehatan Mental, Pekerja Migrant Indonesia
Keywords:
Resiliensi, Kesehatan Mental, Pekerja Migran IndonesiaAbstract
Abstrak
Pelatihan resiliensi penting diberikan mengingat sejumlah masalah yang menjadi stressor bagi para wanita PMI diantaranya penyesuaian diri dengan kebiasaan baru, bahasa yang berbeda, cara dan gaya hidup bahkan pada konsumsi kebutuhan sehari-hari. Selain itu jauh dari keluarga yang dapat menimbulkan masalah komunikasi interaksi, sebagai tulang punggung dengan tuntutan ekonomi dari keluarga di Indonesia, beban dan tuntutan kerja. Berbagai hal tersebut dapat menjadi stressor yang dapat menimbulkan gangguan kecemasan, stress bahkan depresi dengan perilaku bunuh diri yang kerap muncul.Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya pemberian pelatihan resiliensi untuk pemberdayaan kesehatan mental para wanita Pekerja Migrant Indonesia (PMI) di Singapura dengan memberikan pelatihan resiliensi. Pelatihan dilakukan di Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) untuk Singapura. Kegiatan pelatihan resiliensi diikuti oleh sekitar 20 orang PMI yang hadir secara langsung di KBRI Singapura Metode yang digunakan adalah pelatihan dan pendampingan. Pelatihan resiliensi untuk pemberdayaan kesehatan mental para wanita PMI diberikan dengan bentuk psikoedukasi yang terdiri dari ceramah pentingnya menjaga kesehatan mental, mengenali perbedaan kecemasan, stres dan depresi serta pentingnya manajemen stres dilanjutkan dengan praktik latihan resiliensi teknik afirmasi diri, penguatan emosi dengan berpikir positif serta meditasi-self hypnosis-Butterfly Hug. Pasca kegiatan pemberdayaan, diberikan self report untuk mengukur kondisi psikologis yang dirasakan setelah mengikuti pelatihan resiliensi. Melalui analisis statistic deskriptif sederhana diperoleh data 70% % para PMI merasakan bangga, berharga, dan bahagia serta mendapatkan pemahaman mengenai cara mengelola stres dengan teknik sederhana yang mudah dipahami dan diterapkan. Sisanya merasa biasa karena merasa tidak memiliki permasalahan psikologis yang berarti. PMI yang merasa memiliki masalah berat melakukan konseling secara online dengan Ketua PKM. Kegiatan mendapatkan apresiasi dari pihak kedubes dan disnaker pusat yang menyatakan pelatihan resiliensi penting mengingat kejadian depresi dan bunuh diri masih banyak muncul PMI. Mengacu pada hasil tersebut, kegiatan pemberdayaan dengan pelatihan resiliensi memiliki nilai penting dan kebermanfaatan nyata dalam menjaga kesehatan mental para wanita PMI sebagai pahlawan devisa negara Indonesia.
References
Connor, K. N. & Davidson, J. R. T. (2003). Development of a new resilience scale: The ConnorDavidson Resilience Scale (CD-RISC). Depression and anxiety. 18, 76-82. DOI: 10.1002/da.10113.
Herrman, H., Stewart, D. E., Diaz-Granados, N., Berger, E. L., Jackson, B., & Yuen, T. (2011).
Luthar, S.S. (2006). Resilience in Development: a Synthesis of Research Across Five Decades. In D. Cicchetti & D.J. Cohen (vol. ed.), Developmental Psychopathology: Risk, Disorder, and Adaptation Eds.: Vol 3. (Second edition). New York: Wiley.
Lyons, S., Michael, U., Lisa, K., Linda, S. (2015). Generational Differences in the Workplace: There Is Complexity Beyond the Stereotypes. Complexity beyond The Stereotypes, 347356.
Sundayani, Yana; Fahrudin,Adi; Binahayati R; Nurwati Nunung. (2018). Adaptasi Anak Pekerja Migran di Kabupaten Cianjur Indonesia Journal home page: www.msocialwork.comAsian Social Work Journal, Volume 3, Issue 5, (page 9 - 17), 2018 9 www.msocialwork.com Adaptasi Anak Pekerja Migran di Kabupaten Cianjur Indonesia.
https://doi.org/10.1177/070674371105600504.
https://dataindonesia.id/tenaga-kerja/detail/data-jumlah-pekerja-migran-indonesia-padanovember-2023).
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
![](https://journal.unesa.ac.id/public/site/grafik.png)
![](https://journal.unesa.ac.id/public/site/pdf.png)