Multikultural dan Pendidikan Karakter Kesenian Didong Pada Masyarakat Gayo Kabupaten Aceh Tengah

Main Article Content

Putra Afriadi

Abstract

Kebudayaan tersebut merupakan hasil kebiasaan masyarakat, dalam hal ini berupa pemikiran-pemikiran, karya seni sampai pada bentuk bahasa. Kemudian bentuk dari kebudaan itu bertahan sampai sekarang, melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu, tradisi selain di temukan juga diciptakan. Dengan demikian bentuk kebudayaan (dalam hal ini seni pertunjukan tradisional) dapat dipahami sebagai kegiatan seni pertunjukan yang memuat nilai dan makna pemikiran, kebiasaan, kepercayaan, norma, adat istiadat untuk diwariskan dari generasi ke generasi. Khususnya seni pertunjukan Didong, sebagai hasil dari kebudayaan Gayo, Didong berperan besar dalam mempersatukan etnis Gayo yang memiliki berbagai macam pendapat mengenai nilai-nilai moral dan estetika tentang budaya yang ada. Tentu saja sebagai media pembelajaran, khususnya dalam ranah pendidikan karakter dengan pendekatan nilai, Didong merupakan kesenian yang tepat. Dengan konsep yang dikemukakan oleh Douglas P. Superka. Hampir semua kesenian daerah memiliki esensi yang tinggi, yang dapat digunakan sebagai media seni dalam pendidikan karakter. Itu semua bergantung pada apa, siapa, dan bagaiman hal tersebut diterapkan. Dalam persepektif multikulturalisme, Didong merupakan sebuah sarana untuk menyatukan seluruh etnis yang ada di daerah Gayo, bukan sebaliknya. Didong tidak diklaim sebagai kepemilikan setiap daerah melainkan kepemilikan bersama. Harus dapat meyatukan pemahaman estetika tentang apa yang ada dalam pertunjukan Didong secara keseluruhan, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman yang dapat merusak nilai seni dari Didong itu sendiri.

Kata kunci: kesenian, pendidikan karakter, nilai, multikultural, Didong.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Afriadi, P. (2018). Multikultural dan Pendidikan Karakter Kesenian Didong Pada Masyarakat Gayo Kabupaten Aceh Tengah. Virtuoso: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik, 1(1), 15–23. https://doi.org/10.26740/vt.v1n1.p15-23
Section
Articles

References

Algayoni, Yusradi Usman. 2015. œPelestarian Bahasa Gayo. Jurnal: Serambi Indonesia 2015.

Darmawan, 2010. œPeranan Sarak Opat Dalam Masyarakat Gayo. Jurnal: Kanun No.50 Edisi April 2010.

Dalmeri, œPendidikan Untuk Pengembangan Karakter, Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character, Jurnal Al-Ulum IAIN Sultan Amai Gorontalo. Volume 14, Nomor 14 (Juni 2014), 278.

Haviland, Wiliam A. 1988. œAntropologi: Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Koentjaraningrat. 2009. œPengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta.

Lickona dalam Educating for Character, Jurnal Al-Ulum IAIN Sultan Amai Gorontalo. Volume 14, Nomor 14 (Juni 2014), 278.

Lickona, Thomas. Educating for Character, Mendidik Untuk Membentuk Karakter. terjemahan Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter. terjemahan Saut Pasaribu. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Lickona, Thomas. 11 Principles of Character Education, Character.org., 6, melalui http://www.character.org/uploads/PDFs/ElevenPrinciples_new2010.pdf[21/01/2015], 2010.

Melalatoa, M. Junus. 2001. œDidong Pentas Kreativitas Gayo. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Merriam, Alan P. 2000. œAntropologi Musik(Terjemahan). Universitas Negeri Semarang. Semarang. 2000.

Hidayat, Asep Saeful. œManajemen Sekolah Berbasis Karakter, Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Volume 1, No. 1 (Januari 2012), 9.

Parekh, Bikhu. 2008. œRethingking Multikulturalisme, Keberagaman Budaya Dan Teori Politik. Yogyakarta : Impulse dan Kanisius.

Syam, Nur. 2009. œTantangan Multikulturalisme Indonesia. Yogyakarta : Impulse Dan Kanisius.

Triyanto. 2017. œSpirit Ideologis Pendidikan Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara.

http://lintasgayo.co/2015/09/18/buku-tradisi-lisan-didong-karya-isma-tantawi-segera-terbit.

https://uwein.wordpress.com/2008/07/30/pertarungan-didong-jalu/