Recentralization of Mining Licensing Authority and Its Impact on Local Autonomy in Indonesia

Authors

  • Hezron Sabar Rotua Tinambunan Universitas Brawijaya
  • Istislam Universitas Brawijaya
  • Shinta Hadiyantina Universitas Brawijaya
  • Adi Kusumaningrum Universitas Brawijaya
  • Amalina Ahmad Tajudin University of Islamic Science Malaysia

DOI:

https://doi.org/10.26740/jsh.v7n2.p520-539

Abstract

The principle of decentralization is a constitutional mandate that grants authority to regional governments to administer governance and manage natural resources within their respective jurisdictions. This principle emerged as a corrective measure to the centralized governance model of the New Order regime, which had resulted in significant disparities in welfare between the central government and the regions. Law Number 4 of 2009 on Mineral and Coal Mining initially reinforced this decentralization by delegating the authority to issue Mining Business Permits (IUP) to local governments, thereby contributing to the enhancement of local community welfare in resource-rich regions. However, the enactment of Law Number 3 of 2020, which amended Law Number 4 of 2009, reversed this decentralization by reassigning such authority to the central government. This legislative shift represents a constitutional anomaly, contradicting the decentralization spirit embedded within the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. This study employs normative legal research methods using statutory and conceptual approaches to examine the division of authority between the central and regional governments in managing the mineral and coal mining sector. The findings reveal that the recentralization of IUP authority not only undermines regional autonomy but also adversely affects the development of resource-producing regions and hampers the realization of social justice as envisioned in the framework of a welfare state.

References

Amrianto, A. D., Ramdan, M., & Yusmi, T. (2022). The existence of communities’ human rights in mining areas. Domus Legalis Cogitatio, 2(1), 45–58. https://doi.org/https://doi.org/10.24002/dlc.v2i1.9824

Awang, E., Putra, M., Hamdani, F., & Muhammad, L. (2024). Alih Fungsi Lahan Hutan Lindung sebagai Tempat Pembuangan Limbah Pertambangan : Perspektif Fungsi Perizinan sebagai Instrumen Rekayasa Pembangunan. Realism: Law Review, 2(2), 102–118.

Baharudin Riqiey, P. S. (2022). Problematika Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Tambang. Sosialita, 1(1), 55.

Burlian, P. (2014). Kewenangan Kepala Daerah Menurut Undang-Undang. Palembang: NoerFikri.

Derita Prapti Rahayu, F. (2021). Eksistensi Pertambangan Rakyat Pasca Pemberlakuan Perubahan Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 3(3), 350.

Fartini, A. (2022). Politik Hukum: Otonomi Daerah Pasca Amandemen UUD 1945 Upaya Menjaga Keseimbangan Antara Prinsip Unity dan Diversity. Pledoi: Jurnal Hukum dan Keadilan, 1(1), 4.

Firmanda, K., Tethuka, B., Putri, A., Aini, N., & Aulia, P. R. (2025). Violation of the Right to Decent Work for Persons with Disabilities. Disable: Law Review, 1(1), 80–102.

Gadjong, A. A. (2007). Pemerintahan Daerah, Kajian Politik dan Hukum. Bogor: Balai Pustaka.

Haryadi, D. (2018). Pengantar Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara. Bangka Belitung: Universitas Bangka Belitung Press.

Haryati, T. (2019). Hak Penguasaan Negara Terhadap Sumber Daya Alam dan Implikasinya Terhadap Bentuk Pengusahaan Pertambangan. Jurnal Hukum dan Pemnbangunan, 49(3), 768.

Hezron Sabar Rotua Tinambunan, E. S. (2021). Reviewing the Medical Record Confidentiality of COVID-19 Patients. Dinamika Hukum, 35.

Hezron Sabar Rotua Tinambunan, H. W. (2022). State Responsibility For Implementing Large-Scale Social Restrictions To Communities Affected By COVID-19 in Surabaya City. Diponegoro Law Review, 282.

Huda, N. (2012). Hukum Pemerintahan Daerah. Bandung: Nusamedia.

Jamil, N. R. (2022). Problematika Penerapan Izin Usaha Pertambangan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Serta Dampak Pada Otonomi Daerah. Staatsrecht: Jurnal Hukum Kenegaraan dan Politik Islam, 2(2), 289.

Jeddawi, M. (2005). Memacu Invetasi Di Era Otonomi Daerah: Kajian Beberapa Perda Tentang Penanaman Modal. Yogyakarta: UII Press.

Manan, B. (2001). Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pusat Studi Hukum (PSH) Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.

Marzuki, P. M. (2005). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Soedjito, I. (1990). Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugirman, A., Nawawi, J., Hamzah, Amir I., & Samararatne, D. (2025). Integration of Constitutional Law and Human Rights: A Comparative Study between Indonesia and South Africa. Jurnal Suara Hukum, 7(1), 274–297. https://doi.org/10.26740/jsh.v7n1.p274-297

Suryaningsi. (2017). Eksistensi Negara Atas Pengelolaan dan Pengusahaan Sumber Daya Mineral dan Batubara. Yogyakarta: Krasi Total Media.

Syawal, T. (2022). Analisis Sektor Basis Perekonomian Daerah: Studi Kasus Bulukumba. Development Policy and Management Review, 2(2), 135.

Utami, N. E. (2023). Sentralisasi Terhadap Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Perizinan Tambang Pasca Pemberlakuan Undang-Undang Mineral dan Batubara. Lex Renaissance, 8(2), 368-369.

Zastrawati, A. (2023). Penguatan Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah Melalui Desentralisasi Asimetris Dalam Rangka Konsolidasi Demokrasi. Kertas Karya Ilmiah Perseorangan (TASKAP) Program Pendidikan Singkat Angkatan XXIV, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Jakarta.

Zulkarnain, I. (2004). Konflik di Daerah Pertambangan, Menuju Penyusunan Konsep Solusi Awal Dengan Kasus Pada Pertambangan Emas dan Batubara. Jakarta: LIPI.

Downloads

Published

2025-08-26
Abstract views: 113 , PDF Downloads: 281