Persecution of Non-Monogamous Offenders in the Cancel Culture Phenomenon on Social Media

Abstrak

Cancel culture merupakan tindakan pembatalan atau pemboikotan secara masal yang dialami oleh para figur publik. Arawinda Kirana merupakan salah satu figur publik yang mengalami cancel culture. Dia dianggap melakukan tindakan perselingkuhan yang menurut sebagian besar warganet adalah hal yang salah. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana wujud relasi kuasa yang terjadi dalam fenomena cancel culture dalam media sosial. Dari kasus Arawinda akan diambil data berupa tangkapan layar dalam postingan media sosial, lalu dilakukan pendekatan kualitatif untuk meneliti data tersebut. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa cancel culture memilki bentuk relasi kuasa antara warganet dan sasarannya. Warganet memiliki bekal pengetahuan yang berusaha untuk mendominasi pihak yang dianggap salah. Pada umumnya masyarakat didominasi oleh keyakinan yang mempercayai bahwa kesetiaan dalam hubungan intim hanyalah berbentuk monogami. Perselingkuhan sebagai salah satu hal yang mendapat sasaran kebencian masyarakat. Maka dari itu bila terdapat anggota masyarakat yang termasuk di sana figur publik akan mendapat kecaman salah satunya melalui cancel culture. Metode analisis data yang digunakan adalah analisa konten tematik, dimana data yang telah dikumpulkan akan diklasifikasikan dan diberikan tema. Hasilnya penelitian ini menemukan bahwa cancel culture terjadi akibat pengaruh kuat bahwa hubungan monogami adalah satu-satunya bentuk hubungan yang benar.