Seruit and the Construction of Lampungese in Digitalized Multicultural Urban Setting
DOI:
https://doi.org/10.26740/jsm.v8n1.p104-127Kata Kunci:
commensality, ethnic identity, local cuisine, LampungAbstrak
Artikel ini mengkaji cara-cara di mana suatu produk budaya (masakan) tertentu dari kelompok etnis minoritas secara demografis ditransformasikan dalam lingkungan sosial multikultural. Semakin meluasnya proses komodifikasi dan berkembangnya industri kuliner perkotaan yang didukung oleh inovasi teknologi dan media digital memberikan peluang bagi masakan etnik untuk bersaing dengan kuliner tradisi lainnya. Kami mempertanyakan bagaimana identitas budaya yang tertanam dalam masakan tertentu dibangun di tengah pasar kuliner, dan bagaimana nilai intrinsik dari tradisi kuliner etnis ditransformasikan dalam masyarakat multietnis. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan observasi partisipan penulis sebagai warga kota yang diteliti. Kajian ini menemukan bahwa kebersamaan merupakan nilai intrinsik dari seruit komensalitas masyarakat Lampung yang bersifat adaptif di tengah transformasi sosial budaya menuju masyarakat multikultural. Seruit menjadi ajang pembinaan masyarakat Lampung di tengah masyarakat perkotaan yang multietnis dan perekonomian komersial yang terus berkembang. Lebih lanjut, kami berpendapat bahwa seruit commensality dapat menjadi sarana harmonisasi di tengah hubungan antaretnis, seperti yang ditemukan dalam konteks perkotaan Lampung.
Referensi
Davidson, Jamie Seth, and David Henley, eds. 2007. The Revival of Tradition in Indonesian Politics: The Deployment of Adat from Colonialism to Indigenism. London ; New York: Routledge.
Foster, George M., and Barbara Gallatin Anderson. 1978. Medical Anthropology. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat Dan Adat Budaya Lampung. Bandung: CV Mandar Maju.
Hammersley, Martin, and Paul Atkinson. 2007. Etnography: Principle in Practice. Taylor and Francis.
Jerome, Norge W., Randy F. Kandel, and Gretel H. Pelto. 1980. Nutritional Anthropology Contemporary Approaches to Diet and Culture. USA: Redgrave Publishing Company.
Levang, Patrice. 2003. Ayo Ke Tanah Sabrang: Transmigrasi Di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Permana, L., Pangastuti, H. A., & Wahyuningtyas, A. (2021). Young Adult Perception of Fermented Durian (Tempoyak) in Lampung Province Indonesia. 5.
Reddy, Geetha & Rob M. van Dam (2020) Food, culture, and identity in multicultural societies: Insights from Singapore. Journal Appetite, Vol 149, https://doi.org/10.1016/j.appet.2020.104633
Zulfa, E. A. (2013). Bali Nuraga-Lampung: Identity Conflict Behind the Policy. Indonesian J. Int'l L., 11, 261.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 The Journal of Society and Media

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.

