Tradisi Sastra Lisan Mamaca di Kabupaten Pamekasan

Main Article Content

Faizur Rifqi

Abstract

Kehidupan seni pertunjukan tradisi lisan yang sehat pada hakikatnya ditandai oleh hubungan yang saling memerlukan antara seniman, pengamat seni/pendidikan, dan masyarakat penikmat. Akan tetapi, dalam kenyataannya, selain tidak mampu mempertahankan pelaku dan penikmatnya, seni tradidi kurang memiliki peluang untuk memberikan peningkatan yang bernilai ekonomi. Akibatnya perkembangan yang diharapkan menjadi terbatas, baik dalam hal perkembangan wujud dan wilayah persebaran.
Tradisi sastra lisan Mamaca merupakan kesenian tradisional Madura yang memiliki keunikan dalam pertunjukannya. Dalam penyajiannya, sastra lisan Mamaca diiringi oleh seperangkat gamelan dan suling. Selain itu, keunikan dalam kesenian Mamaca ini terdapat pada bahasa yang digunakan yakni bahasa Jawa arab yang kemudian diterjemakan dalam bahasa Madura. Dalam kepercayaan masyarakat Madura,, tradisi sastra lisan Mamaca berfungsi sebagai sarana ritual sebagai penghilang sial dalam menjalani kehidupan, namun disamping itu kesenian Mamaca juga dijadikan sebagai sarana hiburan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang mengungkapkan tentang pertunjukan kesenian Mamaca dalam rangkaian upacara ritual Rokat Pandhâbâ pada masyarakat di Pamekasan. Pandangan penelitian kualitatif bahwa gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdas arkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis
Hasil pembahasan dalam penelitian ini meliputi bentuk pertunjukan kesenian Mamaca, serta bentuk akulturasi kesenian Mamaca. Kesenian Mamaca difungsikan sebagai sarana upacara ritual ruwatan atau rokat (bahasa Madura) untuk menghilangkan sial bagi orang yang mendapat sebutan Pandhâbâ. Kitab atau Layang yang dibacakan dalam kesenian Mamaca bertuliskan bahasa Jawa Arab, namun kemudian ditafsirkan oleh panegghâs ke dalam bahasa Madura, sehingga akulturasi budaya Jawa, Arab, dan Madura sangat melekat di dalamnya

Kata kunci: sastra lisan, fungsi pertunjukan, akulturasi budaya

Article Details

How to Cite
Rifqi, F. (2018). Tradisi Sastra Lisan Mamaca di Kabupaten Pamekasan. GETER : Jurnal Seni Drama, Tari Dan Musik, 1(1), 39–45. https://doi.org/10.26740/geter.v1n1.p39-45
Section
Articles

References

Bodgan, R. And Taylor, S.J. 1975. Introduction to Qualitative Research Methode. New York: John Willey and Sons.

Creswell, John W.2015. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Graves, T.D. 1967. Acculturation, access, alcohol in a tri-ethnic country. American Anthropologist, 59,306-321.

Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur.

Koentjaraningrat, 1984. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana

Luxemburg, Jan Van dan Miekel Bal. 1982. Pengantar Ilmu Sastra. Dialihbahasakan oleh Dick Hartoko. 1984. Jakarta: Gramedia.

Ras, J.J..1985. Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir. Jakarta: Grafiti Press.

Soedarsono, RM. 2002. Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Gadjah Mada University Press.