STIGMA MASKULINITAS DI TENGAH BUDAYA PATRIARKI ANALISIS TEORI SOLIDARITAS SOSIAL EMILE DURKHEIM

Penulis

  • Jauzaa Hayaah Kusnandar State University of Surabaya

Abstrak

Budaya patriarki merupakan budaya yang masih dipegang erat oleh masyarakat Indonesia, masyarakat dalam budaya patriarki melihat kedudukan laki laki lebih tinggi daripada perempuan dengan segala dominasi dan stigma maskulinitas yang melekat. Namun, adanya kebudayaan patriarki tidak selamanya menguntungkan laki laki dan merugikan perempuan. Dengan segala stigma maskulinitas yang ada, justru laki laki menerima beban yang berat karena laki laki cenderung tidak boleh memiliki celah. Sebuah kasus kekerasan seksual dan perundungan muncul ke publik pada akhir tahun 2021 setelah ceritanya viral di sosial media. Korban membagikan kisah pelecehan dan perundungan yang dilakukan oleh sesama pelaku laki laki yang juga bekerja di kantor KPI pusat tahun 2015. Guna untuk menganalisis kasus ini, maka peneliti bertujuan untuk meneliti seberapa besar angka kekerasan terhadap laki laki, dan mengungkap beban emosional, fisikal, mental yang dimiliki oleh kaum laki laki atas stigma yang mereka terima. Pada kesempatan kali ini peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara yang dilakukan kepada 9 responden laki laki yang berusia 19-22 tahun. Penelitian ini juga menggunakan teori solidaritas sosial yang diungkapkan oleh Emile Durkheim. Data tambahan juga diperlukan dan didapat dari sumber literatur jurnal nasional, jurnal internasional maupun artikel berita lokal. Adapun teknik analisis data menggunakan teknik analisis oleh Miles dan Huberman, yaitu teknik analisis data interaktif melalui 4 tahap: 1) tahap pengumpulan data, 2) tahap reduksi, 3) tahap penyajian data dan 4) tahap penarikan kesimpulan. Hasil penelitian membuktikan bahwa laki laki yang mengalami kekerasan baik kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan seksual sangat sedikit yang melapor karena malu, korban kekerasan dan perundungan KPI pusat juga merasakan hal yang sama. Korban menerima banyak beban terlebih harus menanggung stereotip sebagai laki laki, suami, dan ayah dimana ia harus menjadi individu yang kuat. Wawancara membuktikan laki laki merasa tertekan dengan adanya stigma maskulinitas dilingkungan masyarakat, sehingga mereka merasa lebih nyaman untuk berekspresi di ranah lingkungan terdekatnya saja seperti keluarga atau teman dekat.

 

Kata kunci: Kekerasan Seksual; Perundungan; Stigma Maskulinitas

##submission.downloads##

Diterbitkan

2023-06-01
Abstract views: 471 , PDF Downloads: 996