SINTA OBONG DAN DEKONSTRUKSI ASMARADANA: SEBUAH PEMBACAAN ULANG FENOMENA KULTURAL TENTANG CINTA MANUSIA

Authors

  • Bambang Purnomo Universitas Negeri Surabaya

Abstract

Sinta obong adalah episode kecil dari wujud tradisi literasi Jawa. Dalam
kepustakaan Jawa, Sinta Obong atau pembakaran Dewi Sinta, hidup
dalam tradisi tulis, lisan, dan seni pertunjukan. Sebagai buah dari tradisi
literasi, sastra adalah ekspresi kemanusiaan yang paling lengkap dan dalam.
Di dalamnya tercermin dimensi interaksi kultural. Secara alami di
dalamnya, terdapat dua aspek penting yang biasa dijumpai dalam kehidupan
masyarakat manusia. Wujudnya berupa pertentangan, konflik, serta
penerimaan budaya, akseptasi kultural, yang terus berkembang dari waktu
ke waktu. Di sini, terdapat kesanggupan manusia dalam mengelola konflik
itu, dan kemudian mengolah berbagai nilai perubahan secara kritis dan
kreatif. Tujuannya untuk melahirkan sintesis baru yang dapat diterima,
diakseptasi masyarakat. Sifat serta sikap kritis-kreatif manusia dalam
kehidupan, membuatnya winasis, wicaksana ˜cerdas jasmani dan rokhani..
Melalui teks sastra, manusia dapat menunjukkan kualitas dirinya sebagai
manusia yang berkemampuan dan yang berkesadaran Hal ini sangat
diperlukan dalam era global dewasa ini. Secara potensial, ia ˜ada, dan
memang dimunculkan dalam sastra. Tentu saja sastra yang baik. Salah satu
puisi Subagyo Sastro Wardoyo, seorang penulis dan budayawan Jawa
terkemuka, menunjukkan itu pula. Puisi Asmaradana gubahannya, adalah
buah penafsirannya yang mendekonstruksikan fakta dan idealisme para
penulis dan pandangan dunia masyarakat Jawa sebelumnya. Tulisan ini,
diarahkan untuk menjabarkan fenomena itu, dalam perspektif sosiokultural
teks sastra.

References

Kepustakaan
Damono, Sapardi Djoko. 1994. Hujan
Bulan Juni. Jakarta: Grasindo
Herliany, Dorothea Rosa. 2006. Santa
Rosa. Yogyakarta: Indonesia
Tera.
Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (29 Juli
1991). Ringkasan dan Ulasan
Novel Indonesia Modern. Jakarta:
Grasindo. hlm. 370.
Maulana, Soni Farid. 2004. Tepi Waktu
Tepi Salju. Bandung: Kelir.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2005
Purnomo, 2004. Kritik Sastra Jawa
Modern. Surabaya: Unesa
University Press.
----------- 2006. Sastra Kawedhar, Sastra
Binabar: Makalah pada Kongres
Bahasa Jawa IV di Semarang, Juli
2006.
Rajagopalachari. 2008. Ramayana.
Yogyakarta: IRCiSoD.
Ricklefs, M.C. (29 Juli 1991). A History of
Modern Indonesia 1200-2004.
London: MacMillan. hlm. 117.
Sastrowardoyo, Subagio. 1995. Dan
Kematian Makin Akrab. Jakarta:
Grasindo
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra.
Pengantar Teori Sastra: Jakarta:
Pustaka Jaya.
Triwikromo, Triyanto. 2007. œDorothea
Rosa Herliany: Puisi Itu Pukulan
Bersarung Tinju Beludru. Style
Sheet.
http://www.suaramerdeka.com/ha
rian/0611/26/bincang01.htm (14
Februari 2007)
Yudiono. 2010 . Pengantar Sejarah Sastra
Indonesia. Jakarta: Grasindo.
hlm. 167.
Violine, Melody. 2009. Penafsiran Ulang
Tokoh Sita dalam Puisi-puisi
Indonesia Modern Jakarta
Zoetmulder, PJ. 1983. Kalangwan: Sastra
Jawa Kuna Selayang Pandang.
Jakarta:.

Downloads

Published

2018-10-24
Abstract views: 289 , PDF Downloads: 2600